Journal 1
Pengenalan Budaya dan
Pencitraan Dalam Cerita Pendek
“The Indian Camp”
Karya Ernest Hemingway
Dalam cerpen The Indian Camp, Hemingway mengisahkan Nick yang tengah mengantar
ayahnya untuk membantu proses persalinan seorang wanita indian yang konon sudah
dua hari mencoba untuk melahirkan, dan disebelahnya ada suaminya yang duduk
dengan kaki yang dipotong oleh dirinya sendiri tiga hari sebelumnya. Dari
sepenggal fakta tersebut saya sudah menemukan sebuah kebiasaan yang diluar
pemikiran orang yang pemikirannya sehat, bahwa lelaki itu memotong kakinya demi
merasakan kesakitan yang diderita istrinya kala melahirkan. Hal ini memang janggal,
mengingat orang mana yang rela mengorbankan organ tubuhnya untuk merasakan
kesakitan orang lain meskipun oranglain itu adalah istrinya sendiri. Jelas hal
ini adalah pengaruh budaya, bahwa budaya indian memang begitu, dan dapat
diestimasikan bila memang seperti itu, mungkin sebagian besar seorang ibu orang
indian sebagian memiliki suami cacat dan ataupun tidak bersuami. Hal mengerikan
lainnya yang masih ada hubungannya dengan budaya dari cerita ini adalah suami
wanita indian tersebut memotong lehernya sendiri dari telinga ke telinga hingga
putus.
Sebagian besar
cerita yang disuguhkan oleh Hemingway adalah cerita yang berdasarkan kejadian
nyata. Profesinya sebagai seorang travel
writer memungkinkan untuknya mendapatkan banyak sekali hal luar biasa
diluar kehidupannya. Menurut hasil diskusi perkuliahan pertama pada mata kuliah
prosa didapat bahwa Nick adalah pencitraan dari Hemingway karena
ketertarikannya dibidang kedokteran, dan bahwa Nick meskipun anak kecil, ia
menjadi tokoh yang serba tahu. Pembaca akan cukup terbantu untuk terus
mengikuti ceita dan mengerti detailnya dengan pemunculan tokoh seperti Nick karena
Hemingway tidak banyak menyajikan ceritanya dalam narasi yang panjang dan
detail, namun memandirikan pembacanya menangkap detai cerita dari dialog pada
pemain yang terlibat didalamnya.
Journal II
Misteri Willian Platt
Dalam
A Bundle of Letters Karya Henry James
Bahan kajian kali
ini adalah sebundel surat yang isinya berasal dari tokoh yang saling terkait
satu sama lain. James menyajikan cerita pendeknya seperti puzzle yang akan
dimengerti jalan ceritanya setelah tamat membaca seluruh isi surat yang berjumlah
Sembilan buah atau Sembilan bab. Hal yang sangat menarik minat saya adalah saat
Miranda seorang gadis Amerika yang menjadi tokoh sentral dalam cerita puzzle
ini mnyebut-nyebut William Platt dalam surat-suratnya yang ditujukan kepada
ibunya. Sekitar delapan kali dirinya menyebut willian Platt, kurang lebih
inilah penggalan-penggalan tersebut:
There is one thing, I hope that you don’t show any of
my letters to William Platt. If he wants to see any of my letters, he knows the
right way to go to work,…. If he wants one for himself, he has go to write to
me first.
Dari penggalan
pertama bisa diitentifikasi bahwa William Platt merupakan seorang yang sangat
diinginkan Miranda untuk mengiriminya surat.
…and the men are remarkably handsome. (you can show
this to William Platt, if you like)
Kalau William
adalah keluarganya atau temannya, merupakan hal janggal bila Miranda seperti
sengaja membuatnya cemburu.Dari penggalan kedua ini bisa diperkirakan bahwa
WilliamPlatt adalah seorang yang istimewa bagi Miranda.
You can get William Platt to translate this, he used
to tell me he knew so much French
Miranda seperti
mengetahui banyak hal mengenai William Platt
He is almost as fond of discussing things as Willian
Platt is.
Lagi-lagi Miranda
seperti telah akrab dan mengingat hal-hal kecil seperti apa yang selalu ia
diskusikan dengan William Platt.
Tell William Platt his letter has come. I knew he
would have to write, andI was bound I would make him!
Pada surat
terakhirnya kepada ibunya, Miranda telah menerima surat dari Willam Platt dan
akan segera membalasnya karena surat tersebut karena sangat di tunggu-tunggu
kedatangannya.
Journal III
Pesan Tersirat Dalam The Most Dangerous Game karya Richard
Cornell
Cerita ini diawali
dengan Rainsford yang sedang berbincang-bincang dengan seorang temannya yang
selalu berfilosofis mengenai sesuatu bahwa kebiasaan Rainsford berburu
merupakan sesuatu yang negative, bahwa ia juga harus memikirkan perasaan
makhluk yang seperti binatang-binatang yang selaman ini dia buru karena binatang
buruanpun adalah mahluk hidup yang sama dengan manusia yang ingin
mempertahankan hidupnya. Hingga akhirnya dihadapkanlah Rainsford dengan masalah
yang menurutnya mengancam baginya saat secara tidak sengaja memasuki rumah
Kapten Zaroff yang bermisi memburu manusia, bahwa Zaroff memiliki koleksi
kepala manusia yang berhasil ia bunuh dan abadikan.
Secara kasat mata,
cerpen ini seperti hendak menceritakan sebuah permainan berbahaya yang
didalamnya melibatkan nyawa sebagai taruhan. Memang ada sebagian binatang yang
diperbolehkan untuk diburu namun dengan manfaat yang bisa dimanfaatkan dari
binatang tersebut, bukan hanya untuk memenuhi nafsu berburu yang hanya untuk
kesenangan dan bila kesenangan adalah alasan utamanya, maka itu sama halnya
dengan mendahulukan ego daripada kemanfaatan dalam bertindak, dan di klimaks
cerita ini seperti memberikan cermin kepada Rainsford, bahwa jangankan binatan,
manusiapun sangat ketakutan bila ada yan mengancam jiwa dan nyawanya yang hanya
akan mengakhiri hidup dengan kesia-siaan.
Journal IV
Simbolisasi dalam Hills Like White Elephants karya Ernest Hemingway
Dalam gaya penulisan Hemingway,kita selalu disuguhkan
dengan symbol-simbol yang turut berperan dalam mengolah jalan cerita. Dalam
cerpen ini saya menemukan beberapa simbolisasi sebegai berikut:
On this side there was no shade and no trees and the
station was between two lines of rails in the sun
Pada simbolisasi yang pertama tergambar pada ‘two lines of rails’ bahwa pada saat itu
keduanya hanya memiliki dua pilihan yaitu keterbukaan atau kesepian. The railroad station menyimbolkan bahwa
pada saat itu tidak ada jalan keluar lain selain keduanya untuk membicarakankan
pokok permasalahannya.
It was very hot and the express from Barcelona would
come in forty minutes
Keadaan panas
disini seperti halnya masalah keduanya yang bisa disebut dibawah tekanan dan
memanas.
‘They look like white elephants,’ she said.
Warna putih
pada bukit yang dibayangkan oleh si gadis meramalkan akan adanya kelahiran
seorang bayi. Putih merupakan warna yang menyimbolkan kemurnian, kesucian, dan
sesuatu yang baru.Meskipun anak yang ada dirahimnya merupakan hasil dari
hubungan yang diluar pernikahan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa bayi
tetaplah bayi yang masih suci.White Elephants adalah menggambarkan sesuatu yang
unik (tidak biasa).Tidak biasa disini adalah sesuatu yang baru terjadi antara
keduanya.
were fields of grain and trees along the banks of the
Ebro. Far away, beyond the river, were mountains. The shadow of a cloud moved
across the field of grain and she saw the river through the trees.
The fields of grain and trees menggambarkan kesuburan dan kesuksesan yang
menyimbolkan kehidupan pada janin si gadis.The
Ebro River juga menggambarkan kehidupan, seperti tanaman yang berkecambah.’shadow of a cloud’ merupakan
simbolisasi untuk aborsi pada janinnya.
They sat down at the table and the girl looked across
at the hills on the dry side of the valley and the man looked at her and at the
table.
Frase dry side of the valley menginterpresentasikan
keadaan si gadis setelah melahirkan.dry
side of the valley pula menyimbolkan ketandusan dan tidak produktifan, bahwa
seorang wanita yang bila melakukan aborsi maka sifat janinnya akan menjadi
kering (tandus) dan sulit untuk menhidupkan janin lagi (mandul).
Journal V
Gaya Penulisan
Bernard Malamud melalui karyanya My Son
The Murderer
Selain pengarang, judul merupakan hal penting untuk
menarik minat pembaca. Dari judulnya, interpretasi pembaca akan melanglang
buana tetang seorang ayah ataupun seorang ibu yang merasa tertekan dengan anaknya
yang diketahui adalah seorang pembunuh.
Namun setelah membacanya baru diketahui bahwa Malamud
hanya ingin menyampaikan kisah seorang ayah yang merasa kesepian dalam hidupnya
karena perubahan sikap anaknya terhadapnya. Perubahan sikap inilah yang
menjadikan sang ayah dengan rela cuti dari tempatnya bekerja dan menghabiskan
waktunya untuk mamata-matai anaknya.
Cerita ini simple, namun hal yang unik dari cara
oenyampaian Malamu adalah narrator yang berubah-ubah, karena anaknya yang
sangat jarang berbicara dan hanya bersuara seperlunya saja pada kedua orang
tuanya, sehingga percakapannya hanya berupa narasi dari keduanya.
Inti dari cerita ini ada hubungannya dengan gaya
menulis Malamud yang sering membuat karya yang isinya mengenai remeh temeh
namun memang menceritakan kehidupan sehari-hari.
Jurnal VI
The Firebird sebagai
Simbol Kunci Dalam Cerita Pendek The
Firebird Nest
Mr
Maharaj adalah perwujudan dari burung api atau Firebird yang jika terbakar akan
mengecil namun masih hidup dan akan membesar kembali. Kisahnya memang sanat
menyedihkan, yaitu berawal dari sakit hatinya karena ditinggal istrinya sendiri
seorang wanita Amerika yang merasa sangat dirugikantinggal bersama Mr Maharaj
dan meninggalkan kemewahannya diAmerika. . Mr maharaj merasa sakit hati dan
membakar pasangan suami istri lain.
Sebuah
dendam, hanya bisa habis dan hilang bila dendam itu dihilangkan oleh yang
merasakannya. Begitu pula dengan tragedi mistis India ini yang akan
terusmemakan korban selama Mr Maharaj tidak terpuaskan dendamnya.
Jurnal VII
‘Black Veil’ sebagai sebuah symbol
dalam cerpen The Minister’s Black Veil karya Nathaniel Hawthrone
Kali ini kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang
akan membahas soal-soal yang diberikan dosen yang sebagian bersar mengacu pada
simbolisasi yang terkandung dalam cerita ini.
Mr. Hooper adalah seorang laki-laki yang misterius,
orang-orang disekelilingnya terus menggunjingkan kebiasaan barunya sepulang
dari ziarah.Kini Mr. Hooper mengenakan cadar hitam.Hal itu menjadi hal yang
sangat aneh, saking anehnya pemakaman yang sangat sedih setelah kedatangannya
berubah menjadi menakutkan.
Black Veil pada cerpen ini diartikan sebagai sebuah
simbol dari dosa-dosa umat manusia.warna hitam diidentikan dengan kegelapan
yang menyelubungi, dosa, ketidak sucian, kehinaan, kesalahan, dan segala dari
hal negatif.
Mr. Hooper berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak
pernah membuka Black Veil tersebut hingga ajal menjemputnya, cintanya-pun
ditolak karena ia tak ingin membuka Black Veil tersebut. Ada dua kemungkinan
yang secara konteks bisa say abaca dalam verpen ini bahwa Mr. Hooper sedang
mengurani dosanya dengan cara menutupi wajahnya tersebut. Kemungkinan kedua
adalah bahwa Mr. Hooper sedang berusaha menyedot perhatian orang lain demi
mengurangi dosanya, karena gunjingan dari orang-orang sekitarnya menjanjikan
dosanya terkuras lantas berpindah tempat ke pundi-pundi dosa orang sekitarnya.
Jurnal VIII
Paradox dan Irony
dalam cerpen The Will of Allah karya David Owoyele
Paradox adalah sebuah hal aneh dan tidak lazim yang
pada kenyataannya bisa diterima akal dan bisa jadi hal yang benar
adanya.Sedangkan ironi adalah sebuah sindiran halus yang secara arti berlainan
makna dengan yang diucapkan.
Dalam cerpen The
Will of Allah ini, saya menemukan beberapa hal mnyimpang, namun ketika
cerpen ini didiskusikan di kelas prose hal menyimpang tersebut dikaji secara
lebih mendalam.
Secara
konteks, kedua poin ini, yakni paradox dan ironi memiliki kesamaan, namun cara
pandang yang berbeda,paradox dari cerpen ini adalah saat Sule mengatakan
bahwa profesinya sebagai pencuri merupakan the
will of Allah atau dengan arti lain ketentuan dari Allah yang menciptakan
dan memberi takdir baginya, apapun yang dilakukannya telah tercatat, namun Dogo
selaku temannya menyanggah hal tersebut, hal ini ganjil, dibanding Dogo, Sule
adalah orang yan taat beragama dan sangat percaya pada Allah.
Isu
lainnya yang melibatkan figurative language adalah adanya keterlibatan irony
didalam cerita ini yaitu saat Sule yang pada awalnya mempercayai segala akan kehendak
Allah,artinya dia seorang yang pasrah. Namun pada akhirnya saat dia akan mati
dia tidak menginginkan kematian menghampirinya, dia melakukan segala usaha agar
dia tidak mati di tempat itu. Sedangkan Dogo yang pada awalnya beranggapan
bahwa segala hal itu tergantung pada diri sendiri, namun pada akhir hayatnya
dia pasrah, dia ingin mati ditempat itu saja, karena ia tahu bahwa racun
kobracepat menyebarnya.
Ironi dalam sentuhan akhir cerita merupakan peran yang
membalikkan sifat tokoh yang berbanding terbalik dengan kenyataan akhir.
Jurnal IX
Feminisme dalam
cerpen Sonny’s Blues karya James Baldwin
Feminisme adalah sebuah ungkapan dimana didalamnya
terdapat sebuah isu perlawanan yang keras.Perlawanan keras bisa untuk menentang
suatu paham atau suatu keadaan politik yang tidak sesuai dengan keinginan
pengarangnya, yg menjadikan tokoh didalamnya menjadi pencitraan dari buah
pemikiran pengarang tersebut.
Dalam cerpen Sonny’s Blues, saya menemukan unsur
feminisme, dimana sonny sebaai seorang berkulit hitammencoba untuk mengukir
masa depannya meskipun orang-orang sekitarnya sangat bertentangan dengan
dirinya, termasuk kakak kandungnya yang notabene seorang yang mengabdi pada
dunia pendidikan dan menginginkan Sonny lebih memperhatikan pendidikan
ketimbang hobinya dalam bermusik.
Sonny adalah pencitraan dari orang berkulit hitam yang
pada masa cerpen ini dibuat, masyarakat di tempat tersebut masih membedakan
warna kulit.Mayoritas, orang kulit hitam harus memiliki keinginan yang kuat
untuk bangkit, kebanyakan dari mereka melawan keangkuhan kulit putih dengan
meningkatkan kualitas pendidikan demi menunjukkan bahwa perbedaan kulit
bukanlah halangan untuk berprestasi.
Mind stream ini bertentangan dengan Sonny yang menjadi minotitas
yang ingin menjadi seorang pemusik, dari mulai keterlibatannya dengan dunia
narkoba hingga pendidikannya yang terbengkalai, Sonny mampu mengeraskan
keinginannya dan bangkit menjadi pemusik di sebuah bar.
Jurnal X
Bunga Chrisanthemum
sebagai symbol dalam cerpen The
Chrisanthemum karya John Steinbeck
Cerpen ini mengisahkan seorang ibu rumah tangga yang
meninggalkan keinginannya demi menjaga perasaan suaminya yang menginginkan
dirinya untuk tetap tinggal dirumah dan hanya mengerjakan semua pekerjaan
wanita.
Menjadi seorang ibu rumah tangga, ia harus berpakaian
layaknya seorang ibu, berkata anggun, dan hanya mengerjakan pekerjaan layaknya
wanita. Namun hal ini kontradiktif dengan Alisa seorang ibu rumah tangga yang
bercocok tanam di belakang rumahnya yang biasanya dikerjakan laki-laki, ia mengenakan
pakaian sebagai seorang tukang kebun. Hingga pada suatu saat datanglah seorang
tukan patri yang menawarkan jasa mengerjakan apapun agar ia bisa makan, namun
Alisa mengatakan bahwa ia biasa mengerjakan segalanya sendirian, dan tidak
membutuhkan bantuan tukang patri tersebut. Namun tukang patri itu tidak
menyerah dan terus memohon apapun akan ia kerjakan.
Cerita ini menemui konflik saat tukang patri meminta
bunga krisan untuk seorang wanita di rumah lainnya yang hobi mengkoleksi bunga,
namun hanya satu bunga yang tidak ada, yaitu bunga krisan karena kesulitannya
untuk mengembangkan benihnya.Bunga krisan disini sebagai sesuatu yang sulit
dipelihara menandakan bahwa tidak semua bisa menjadi seorang wanita rumah
tangga yang baik dan taat.Bunga krisan yang berwarna putih menandakan kesucian
dan warna kuning sebagai kasih sayang.Kedua symbol warna
ini adalah alasan mengapa krisan dijadikan penanda untuk ibu rumah tangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar