Label

Senin, 06 Januari 2014

Esai Graffiti Pengindah atau Perusak Kota?




Graffiti Pengindah atau Perusak Kota?
Yogyakarta atau Jogja yang kita kenal sebagai kota pendidikan sangat dicirikan dari prestasi-prestasi yang berdatangan dari kota Jogja ini. Kota Jogja yang mendapat penghargaan Adipura adalah kota yang sangat bersih dan sangat jarang sekali terlihat sampah, hal ini dikarenakan pemerintah Kota Jogja mengutamakan kebersihan dan keteraturan kota. Dengan pemerintah yang sekarang ini yang menjaankan rencana KB dan Kebersihan memang benar-benar dilakukan serius, bahkan Pemerintah Kota Jogja menjadikan pengemis sebagai pegai kebersihan dan banyak yang sudah berstatus PNS, sehingga kota Jogja Bersih dari sampah dan pengemis. Kota bersejarah ini pula banyak seniman-seniman yang berkelas, dari mulai pengamen hingga pelukis graffiti.
Graffiti adalah sebuah coretan-coretan di pagar atau dinding-dinding yang luas. Kota Jogja memiliki pelukis-pelukis graffiti yang sangat bagus. Hal ini didukung dengan pemerintah Jogja yang melegalkan membuat graffiti di jalan-jalan Jogja.
Graffiti memang dianggap mengotori di berbagai kota karena mengotori pemandangan kota, tetapi tidak dengan di Jogja, graffiti justru menjadi khas dan indah ketika memasuki kota tersebut. Gambar-gambar tokoh kemerdekkaan seperti Ir. Soekarno, M. Hatta atau juga Budi Utomo hingga gambar-gambar tokoh-tokoh superhero seperti Hulk, Superman, Batman, dan lain-lain menjadi penghias kota Jogja.
Graffiti ini dibuat oleh orang-orang atau kelompok yang menyalurkan hobi menggambarnya dengan tujuan memperindah kota. Seperti yang dilakukansalah satu  kelompok graffiti di Jogja “Seniman Street Art” yang dikutip dari Jogjanews.com bahwa Seniman Street Art ini tidak hanya orang yang berasal dari Jogja, namun juga dari Semarang, Solo, Surabaya, dan Salatiga. Mereka menyalurkan hobi ini dengan bertujuan memperindah kota Jogja. Seniman Street Art ini biasanya mengisi space-space di dinding-dinding bawah jalan layang, di dinding-dinding stasiun kereta api, dinding-dinding pembatas pabrik, atau mereka menimpa di dinding-dinding yang terdapat graffiti kurang baik seperti “Nama Geng”.
Pemerintah Jogja melegalkan ini karena memang jika dilihat sekarang graffiti di Jogja menjadi pengindah kota ini. Hal ini didukung dengan bersihnya dari sampah dan tatak letak yang baik. Graffiti di Jogja ini tidak begitu beda dengan di kota-kota besar di Indonesia lainya termasuk di Bandung dan Jakarta.
Bandung dan Jakarta adalah kota besar yang di dalamnya banyak terdapat seniman graffiti seperti di Jogja, gambar dan kualitasnya juga tidak kalah dengan yang ada di Jogja. Namun graffiti di Bandung dan di Jakarta tidak dilegalkan seperti di Jogja yang bahkan seperti yang dikutip dari JogjaNews.com bahwa para seniman graffiti ini diberi lahan untuk berekspresi dengan ssalah satunya diberikan lahan di stasiun Lempuyangan Yogyakarta. Hal ini disebabkan oleh kota yang bersih dari sampah, gubuk-gubuk bawah jalan layang, ataupun pengemis-pengemis di jalanan.
Garfiti di Bandung dan Jakarta dilarang karena akan dianggap merusak keindahan kota, tepi menurut pandangan saya bukan graffiti yang harus di larang tapi pengelolaan kebersihan yang harus ditegakan. Sehingga graffiti akan menjadi pengindah kota bukan perusak kota.
Sehingga graffiti adalah sebuah karya seni yang seharunya tidak dilarang atau kegiatan seni yang illegal, karena pada buktinya kota Jogja sudah menunjukan bahwa graffiti bisa menjadi pengindah kota jika kotanya tertata rapid an tentunya bersih. Jadi masihkah menganggap seniman graffiti sebagai pelaku kriminal?
Penulis: Rizki Restu Permana
Referensi:

JogjaNews.com-End of the Year Project "Bombing Never Stop", Ngebom Lempuyangan Dengan Grafiti. Diupload tanggal 21 December 2013

Esai Feature Graffiti Pengindah Jogja



Graffiti Pengindah Jogja
Ir. Soekarno menatap salah satu sudut jalan Jogja dengan tajam. Tatapan bangga untuk bagian kota yang pernah dia pimpin kala itu. Dia memandang ke bawah jalan layang yang teduh dan tak bersampah. Di bawah jalan layang makhluk bernama Hulk menatap Ir. Soekarno dengan mata Si Hijau Besar.
Graffiti, gambar-gambar atau lukisan dinding  yang dibuat tangan-tangan kreatif orang Jogja ini menyambut saya yang datang ke Jogja. Kota Jogja yang jarang sekali terlihat sampah di setiap tempatnya, membuat saya yang datang pada jam Satu siang disambut dengan pemandangan pohon-pohon besar di sepanjang jalan kota, bangunan-bangunan yang rata-rata tingginya lima lantai, dan gambar-gambar graffiti pada tembok-tembok pinngir jalannya.
Gambar-gambar yang banyak dinggap negatif oleh banyak orang ini dikarenakan daerah tempat graffiti ini digambar terlihat banyak sampah, banyak rumah-rumah yang tidak pada tempatnya seperti di bawah jalan layang, dan yang paling sering menjadikan graffiti dipandang kurang baik adalah karena banyaknya penyalhgunaan dalam membuat graffiti contohnya mereka mencoret-coret ruko dengan nama geng, mencoret-coret dinding dengan tulisan-tulisan yang bertuliskan nama geng.
Selain itu graffiti dianggap negatif karena pemerintah daerah tersebut melarang graffiti padahal graffiti adalah bisa menjadi pemanis kota yang menjadikan kota lebih menarik asalkan kota itu bersih dan tata kotanya di perhatikan dengan baik seperti membiarkan rumah-rumah di bawah jalan layang berdiri, pengemis-pengemis yang kurang diberi ketegasan.
Lain halnya dengan yang menyalahgunakan seni graffiti dengan mencoret-coret dinding dengan nama geng, seperti yang dikutip dari JogjaTv.tv bahwa ada sekelompok yang bernamakan “Street Art Klaten” menggunakan seni graffiti dalam sisi yang sebenarnya, yaitu sisi positif. Kelompok ini secara rutin melakukan aksi menutup corat coretan tersebut dengan gambar yang enak dilihat dengan seni grafiti yang mereka miliki seperti gambar-gambar tokoh pahlawan di Indonesia atau gambar-gambar super hero atau juga gambar-gambar kartun lainya.
Street Art Klaten secara rutin menyambangi tempat-tempat untuk menyalurkan hobi mereka menggambar di dinding yang sebelumnya kotor oleh corat-coret menjadi gambar-gambar yang indah dan mengindahkan pemandangan kota. Komunitas ini melakukan kegiatan ini dengan koceknya sendiri dan mereka hanya memikirkan bisa menyalurkan hobi menggambar mereka dan membuat kota Jogja menjadi lebih indah.
Selain itu keindahan kota jogja didukung oleh masyarakat yang patuh pada peraturan contohnya dengan tidak membuang sampah sembarangan, karena sekuat apapun pemerintah berusaha jika warganya tidak patuh maka akan terasa sia-sia saja. Di Pasar Kabupaten Sleman yang dikutip dari ANTARANewsJogja.com semua penjual di pasar tradisional ini melakukan kegiatan rutin yaitu membersihkan pasar, sehingga pasar tradisional seperti pasar modern yang menyamai tingkat kebersihanya.
Jika melihat keindahan dari graffiti di Jogja sekarang memang tidak lepas  dari kedisiplinan orang-orang Jogja yang terus menjaga kebersihan sehingga diperindah oleh tangan-tangan seniman graffiti yang ikhlas untuk memperindah kota Jogja menjadi kota yang bersih, indah, dan tetap berbudaya.
Penulis: Rizki Restu Permana

Referensi:
Oleh Victorianus Sat Pranyoto. Dinas Pasar sosialisasikan KB dan kebersihan. ANTARANewsJogja.com-diupload pada tanggal Kamis, 24 Oktober 2013 20:47 WIB
Haryadi. Aksi Seni Grafiti Komunitas Street Art Klaten. JogjaTv.tv-diupload pada tanggal Kamis, 23 May 2013, 20:58 WIB

 



Secolek ketenangan



Secolek Ketenangan
                                                                                                            Cipt. Rizki Restu Permana
Ku gelisah mencari dirimu
Ku tanyakan pada orang sekelilingku
Tak bisa kutemuimu
Tak bisa ku menyentuhmu

Pergiku dengan gelisah tanpa dirimu
Dibalik sengat matahari ku memikirkanmu
Pergi dengan kekhawatiran yang menghantuiku
Kelalaianku meninggalkan dirimu

Andai kudapat memutar waktu
Ingin kembaliku dan mengajakmu
Memberikan ketenangan padaku
Dengan pengorbanan tulusmu

Tak akan ku ulangi kesalahanku
Pergi tanpa membawa deodoranku