Label

Kamis, 02 Januari 2014

Jurnal Prose I



Journal 1
Pengenalan Budaya dan Pencitraan Dalam Cerita Pendek
“The Indian Camp” Karya Ernest Hemingway
            Dalam cerpen The Indian Camp, Hemingway mengisahkan Nick yang tengah mengantar ayahnya untuk membantu proses persalinan seorang wanita indian yang konon sudah dua hari mencoba untuk melahirkan, dan disebelahnya ada suaminya yang duduk dengan kaki yang dipotong oleh dirinya sendiri tiga hari sebelumnya. Dari sepenggal fakta tersebut saya sudah menemukan sebuah kebiasaan yang diluar pemikiran orang yang pemikirannya sehat, bahwa lelaki itu memotong kakinya demi merasakan kesakitan yang diderita istrinya kala melahirkan. Hal ini memang janggal, mengingat orang mana yang rela mengorbankan organ tubuhnya untuk merasakan kesakitan orang lain meskipun oranglain itu adalah istrinya sendiri. Jelas hal ini adalah pengaruh budaya, bahwa budaya indian memang begitu, dan dapat diestimasikan bila memang seperti itu, mungkin sebagian besar seorang ibu orang indian sebagian memiliki suami cacat dan ataupun tidak bersuami. Hal mengerikan lainnya yang masih ada hubungannya dengan budaya dari cerita ini adalah suami wanita indian tersebut memotong lehernya sendiri dari telinga ke telinga hingga putus.
Sebagian besar cerita yang disuguhkan oleh Hemingway adalah cerita yang berdasarkan kejadian nyata. Profesinya sebagai seorang travel writer memungkinkan untuknya mendapatkan banyak sekali hal luar biasa diluar kehidupannya. Menurut hasil diskusi perkuliahan pertama pada mata kuliah prosa didapat bahwa Nick adalah pencitraan dari Hemingway karena ketertarikannya dibidang kedokteran, dan bahwa Nick meskipun anak kecil, ia menjadi tokoh yang serba tahu. Pembaca akan cukup terbantu untuk terus mengikuti ceita dan mengerti detailnya dengan pemunculan tokoh seperti Nick karena Hemingway tidak banyak menyajikan ceritanya dalam narasi yang panjang dan detail, namun memandirikan pembacanya menangkap detai cerita dari dialog pada pemain yang terlibat didalamnya.
Journal II
Misteri Willian Platt Dalam
A Bundle of Letters Karya Henry James
Bahan kajian kali ini adalah sebundel surat yang isinya berasal dari tokoh yang saling terkait satu sama lain. James menyajikan cerita pendeknya seperti puzzle yang akan dimengerti jalan ceritanya setelah tamat membaca seluruh isi surat yang berjumlah Sembilan buah atau Sembilan bab. Hal yang sangat menarik minat saya adalah saat Miranda seorang gadis Amerika yang menjadi tokoh sentral dalam cerita puzzle ini mnyebut-nyebut William Platt dalam surat-suratnya yang ditujukan kepada ibunya. Sekitar delapan kali dirinya menyebut willian Platt, kurang lebih inilah penggalan-penggalan tersebut:
There is one thing, I hope that you don’t show any of my letters to William Platt. If he wants to see any of my letters, he knows the right way to go to work,…. If he wants one for himself, he has go to write to me first.
Dari penggalan pertama bisa diitentifikasi bahwa William Platt merupakan seorang yang sangat diinginkan Miranda untuk mengiriminya surat.
…and the men are remarkably handsome. (you can show this to William Platt, if you like)
Kalau William adalah keluarganya atau temannya, merupakan hal janggal bila Miranda seperti sengaja membuatnya cemburu.Dari penggalan kedua ini bisa diperkirakan bahwa WilliamPlatt adalah seorang yang istimewa bagi Miranda.
You can get William Platt to translate this, he used to tell me he knew so much French
Miranda seperti mengetahui banyak hal mengenai William Platt
He is almost as fond of discussing things as Willian Platt is.
Lagi-lagi Miranda seperti telah akrab dan mengingat hal-hal kecil seperti apa yang selalu ia diskusikan dengan William Platt.
Tell William Platt his letter has come. I knew he would have to write, andI was bound I would make him!
Pada surat terakhirnya kepada ibunya, Miranda telah menerima surat dari Willam Platt dan akan segera membalasnya karena surat tersebut karena sangat di tunggu-tunggu kedatangannya.














Journal III
Pesan Tersirat Dalam The Most Dangerous Game karya Richard Cornell
Cerita ini diawali dengan Rainsford yang sedang berbincang-bincang dengan seorang temannya yang selalu berfilosofis mengenai sesuatu bahwa kebiasaan Rainsford berburu merupakan sesuatu yang negative, bahwa ia juga harus memikirkan perasaan makhluk yang seperti binatang-binatang yang selaman ini dia buru karena binatang buruanpun adalah mahluk hidup yang sama dengan manusia yang ingin mempertahankan hidupnya. Hingga akhirnya dihadapkanlah Rainsford dengan masalah yang menurutnya mengancam baginya saat secara tidak sengaja memasuki rumah Kapten Zaroff yang bermisi memburu manusia, bahwa Zaroff memiliki koleksi kepala manusia yang berhasil ia bunuh dan abadikan.
Secara kasat mata, cerpen ini seperti hendak menceritakan sebuah permainan berbahaya yang didalamnya melibatkan nyawa sebagai taruhan. Memang ada sebagian binatang yang diperbolehkan untuk diburu namun dengan manfaat yang bisa dimanfaatkan dari binatang tersebut, bukan hanya untuk memenuhi nafsu berburu yang hanya untuk kesenangan dan bila kesenangan adalah alasan utamanya, maka itu sama halnya dengan mendahulukan ego daripada kemanfaatan dalam bertindak, dan di klimaks cerita ini seperti memberikan cermin kepada Rainsford, bahwa jangankan binatan, manusiapun sangat ketakutan bila ada yan mengancam jiwa dan nyawanya yang hanya akan mengakhiri hidup dengan kesia-siaan.






Journal IV
Simbolisasi dalam Hills Like White Elephants karya Ernest Hemingway
Dalam gaya penulisan Hemingway,kita selalu disuguhkan dengan symbol-simbol yang turut berperan dalam mengolah jalan cerita. Dalam cerpen ini saya menemukan beberapa simbolisasi sebegai berikut:
On this side there was no shade and no trees and the station was between two lines of rails in the sun
Pada simbolisasi yang pertama tergambar pada  two lines of rails’ bahwa pada saat itu keduanya hanya memiliki dua pilihan yaitu keterbukaan atau kesepian. The railroad station menyimbolkan bahwa pada saat itu tidak ada jalan keluar lain selain keduanya untuk membicarakankan pokok permasalahannya.
It was very hot and the express from Barcelona would come in forty minutes
Keadaan panas disini seperti halnya masalah keduanya yang bisa disebut dibawah tekanan dan memanas.
‘They look like white elephants,’ she said.
Warna putih pada bukit yang dibayangkan oleh si gadis meramalkan akan adanya kelahiran seorang bayi. Putih merupakan warna yang menyimbolkan kemurnian, kesucian, dan sesuatu yang baru.Meskipun anak yang ada dirahimnya merupakan hasil dari hubungan yang diluar pernikahan, namun tidak bisa dipungkiri bahwa bayi tetaplah bayi yang masih suci.White Elephants adalah menggambarkan sesuatu yang unik (tidak biasa).Tidak biasa disini adalah sesuatu yang baru terjadi antara keduanya.
were fields of grain and trees along the banks of the Ebro. Far away, beyond the river, were mountains. The shadow of a cloud moved across the field of grain and she saw the river through the trees.
The fields of grain and trees menggambarkan kesuburan dan kesuksesan yang menyimbolkan kehidupan pada janin si gadis.The Ebro River juga menggambarkan kehidupan, seperti tanaman yang berkecambah.’shadow of a cloud’ merupakan simbolisasi  untuk aborsi pada janinnya.
They sat down at the table and the girl looked across at the hills on the dry side of the valley and the man looked at her and at the table.
Frase dry side of the valley menginterpresentasikan keadaan si gadis setelah melahirkan.dry side of the valley pula menyimbolkan ketandusan dan tidak produktifan, bahwa seorang wanita yang bila melakukan aborsi maka sifat janinnya akan menjadi kering (tandus) dan sulit untuk menhidupkan janin lagi (mandul).













Journal V
Gaya Penulisan Bernard Malamud melalui karyanya My Son The Murderer
Selain pengarang, judul merupakan hal penting untuk menarik minat pembaca. Dari judulnya, interpretasi pembaca akan melanglang buana tetang seorang ayah ataupun seorang ibu yang merasa tertekan dengan anaknya yang diketahui adalah seorang pembunuh.
Namun setelah membacanya baru diketahui bahwa Malamud hanya ingin menyampaikan kisah seorang ayah yang merasa kesepian dalam hidupnya karena perubahan sikap anaknya terhadapnya. Perubahan sikap inilah yang menjadikan sang ayah dengan rela cuti dari tempatnya bekerja dan menghabiskan waktunya untuk mamata-matai anaknya.
Cerita ini simple, namun hal yang unik dari cara oenyampaian Malamu adalah narrator yang berubah-ubah, karena anaknya yang sangat jarang berbicara dan hanya bersuara seperlunya saja pada kedua orang tuanya, sehingga percakapannya hanya berupa narasi dari keduanya.
Inti dari cerita ini ada hubungannya dengan gaya menulis Malamud yang sering membuat karya yang isinya mengenai remeh temeh namun memang menceritakan kehidupan sehari-hari.



Jurnal VI
The Firebird sebagai Simbol Kunci Dalam Cerita Pendek The Firebird Nest
          Mr Maharaj adalah perwujudan dari burung api atau Firebird yang jika terbakar akan mengecil namun masih hidup dan akan membesar kembali. Kisahnya memang sanat menyedihkan, yaitu berawal dari sakit hatinya karena ditinggal istrinya sendiri seorang wanita Amerika yang merasa sangat dirugikantinggal bersama Mr Maharaj dan meninggalkan kemewahannya diAmerika. . Mr maharaj merasa sakit hati dan membakar pasangan suami istri lain.
          Sebuah dendam, hanya bisa habis dan hilang bila dendam itu dihilangkan oleh yang merasakannya. Begitu pula dengan tragedi mistis India ini yang akan terusmemakan korban selama Mr Maharaj tidak terpuaskan dendamnya.









Jurnal VII
Black Veil’  sebagai sebuah symbol dalam cerpen The Minister’s Black Veil karya Nathaniel Hawthrone
Kali ini kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang akan membahas soal-soal yang diberikan dosen yang sebagian bersar mengacu pada simbolisasi yang terkandung dalam cerita ini.
Mr. Hooper adalah seorang laki-laki yang misterius, orang-orang disekelilingnya terus menggunjingkan kebiasaan barunya sepulang dari ziarah.Kini Mr. Hooper mengenakan cadar hitam.Hal itu menjadi hal yang sangat aneh, saking anehnya pemakaman yang sangat sedih setelah kedatangannya berubah menjadi menakutkan.
Black Veil pada cerpen ini diartikan sebagai sebuah simbol dari dosa-dosa umat manusia.warna hitam diidentikan dengan kegelapan yang menyelubungi, dosa, ketidak sucian, kehinaan, kesalahan, dan segala dari hal negatif.
Mr. Hooper berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak pernah membuka Black Veil tersebut hingga ajal menjemputnya, cintanya-pun ditolak karena ia tak ingin membuka Black Veil tersebut. Ada dua kemungkinan yang secara konteks bisa say abaca dalam verpen ini bahwa Mr. Hooper sedang mengurani dosanya dengan cara menutupi wajahnya tersebut. Kemungkinan kedua adalah bahwa Mr. Hooper sedang berusaha menyedot perhatian orang lain demi mengurangi dosanya, karena gunjingan dari orang-orang sekitarnya menjanjikan dosanya terkuras lantas berpindah tempat ke pundi-pundi dosa orang sekitarnya.


Jurnal VIII
Paradox dan Irony dalam cerpen The Will of Allah karya David Owoyele
Paradox adalah sebuah hal aneh dan tidak lazim yang pada kenyataannya bisa diterima akal dan bisa jadi hal yang benar adanya.Sedangkan ironi adalah sebuah sindiran halus yang secara arti berlainan makna dengan yang diucapkan.
Dalam cerpen The Will of Allah ini, saya menemukan beberapa hal mnyimpang, namun ketika cerpen ini didiskusikan di kelas prose hal menyimpang tersebut dikaji secara lebih mendalam.
Secara konteks, kedua poin ini, yakni paradox dan ironi memiliki kesamaan, namun cara pandang yang berbeda,paradox dari cerpen ini adalah saat Sule mengatakan bahwa profesinya sebagai pencuri merupakan the will of Allah atau dengan arti lain ketentuan dari Allah yang menciptakan dan memberi takdir baginya, apapun yang dilakukannya telah tercatat, namun Dogo selaku temannya menyanggah hal tersebut, hal ini ganjil, dibanding Dogo, Sule adalah orang yan taat beragama dan sangat percaya pada Allah.
Isu lainnya yang melibatkan figurative language adalah adanya keterlibatan irony didalam cerita ini yaitu saat Sule yang pada awalnya mempercayai segala akan kehendak Allah,artinya dia seorang yang pasrah. Namun pada akhirnya saat dia akan mati dia tidak menginginkan kematian menghampirinya, dia melakukan segala usaha agar dia tidak mati di tempat itu. Sedangkan Dogo yang pada awalnya beranggapan bahwa segala hal itu tergantung pada diri sendiri, namun pada akhir hayatnya dia pasrah, dia ingin mati ditempat itu saja, karena ia tahu bahwa racun kobracepat menyebarnya.
Ironi dalam sentuhan akhir cerita merupakan peran yang membalikkan sifat tokoh yang berbanding terbalik dengan kenyataan akhir.

















Jurnal IX
Feminisme dalam cerpen Sonny’s Blues karya James Baldwin
Feminisme adalah sebuah ungkapan dimana didalamnya terdapat sebuah isu perlawanan yang keras.Perlawanan keras bisa untuk menentang suatu paham atau suatu keadaan politik yang tidak sesuai dengan keinginan pengarangnya, yg menjadikan tokoh didalamnya menjadi pencitraan dari buah pemikiran pengarang tersebut.
Dalam cerpen Sonny’s Blues, saya menemukan unsur feminisme, dimana sonny sebaai seorang berkulit hitammencoba untuk mengukir masa depannya meskipun orang-orang sekitarnya sangat bertentangan dengan dirinya, termasuk kakak kandungnya yang notabene seorang yang mengabdi pada dunia pendidikan dan menginginkan Sonny lebih memperhatikan pendidikan ketimbang hobinya dalam bermusik.
Sonny adalah pencitraan dari orang berkulit hitam yang pada masa cerpen ini dibuat, masyarakat di tempat tersebut masih membedakan warna kulit.Mayoritas, orang kulit hitam harus memiliki keinginan yang kuat untuk bangkit, kebanyakan dari mereka melawan keangkuhan kulit putih dengan meningkatkan kualitas pendidikan demi menunjukkan bahwa perbedaan kulit bukanlah halangan untuk berprestasi.
Mind stream ini bertentangan dengan Sonny yang menjadi minotitas yang ingin menjadi seorang pemusik, dari mulai keterlibatannya dengan dunia narkoba hingga pendidikannya yang terbengkalai, Sonny mampu mengeraskan keinginannya dan bangkit menjadi pemusik di sebuah bar.

Jurnal X
Bunga Chrisanthemum sebagai symbol dalam cerpen The Chrisanthemum karya John Steinbeck
Cerpen ini mengisahkan seorang ibu rumah tangga yang meninggalkan keinginannya demi menjaga perasaan suaminya yang menginginkan dirinya untuk tetap tinggal dirumah dan hanya mengerjakan semua pekerjaan wanita.
Menjadi seorang ibu rumah tangga, ia harus berpakaian layaknya seorang ibu, berkata anggun, dan hanya mengerjakan pekerjaan layaknya wanita. Namun hal ini kontradiktif dengan Alisa seorang ibu rumah tangga yang bercocok tanam di belakang rumahnya yang biasanya dikerjakan laki-laki, ia mengenakan pakaian sebagai seorang tukang kebun. Hingga pada suatu saat datanglah seorang tukan patri yang menawarkan jasa mengerjakan apapun agar ia bisa makan, namun Alisa mengatakan bahwa ia biasa mengerjakan segalanya sendirian, dan tidak membutuhkan bantuan tukang patri tersebut. Namun tukang patri itu tidak menyerah dan terus memohon apapun akan ia kerjakan.
Cerita ini menemui konflik saat tukang patri meminta bunga krisan untuk seorang wanita di rumah lainnya yang hobi mengkoleksi bunga, namun hanya satu bunga yang tidak ada, yaitu bunga krisan karena kesulitannya untuk mengembangkan benihnya.Bunga krisan disini sebagai sesuatu yang sulit dipelihara menandakan bahwa tidak semua bisa menjadi seorang wanita rumah tangga yang baik dan taat.Bunga krisan yang berwarna putih menandakan kesucian dan warna kuning sebagai kasih sayang.Kedua symbol warna ini adalah alasan mengapa krisan dijadikan penanda untuk ibu rumah tangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar