Label

Kamis, 02 Januari 2014

Jurnal dalam Belajar Prose I



Rizki Restu Permana
121150318 / IV / D

Dalam Belajar Prose I

Kamis, 14 Februari 2013                                                
Hari ini adalah pertemuan ke-2 dari mata kuliah prosa I pada pertemuan kali ini kami akan membahas cerpen  yang telah ditentukan oleh Bapak Nurholis yaitu cerpen yang berjudul Indian Camp. Dan yang harusnya membahas prosa ini adalah saya, Saepul, dan juga Yasir, Namun pada pertemuan ini kami tidak membahasnya tetapi bapak ingin mengetahui hasil dari bacaan kami semua sehingga sebagian dari kami dapat pertanyaan dari bapak dan saya pun mendapat giliran untuk mendapat giliran untuk menjawab pertanyaan yang Bapak Nurholis berikan, tetapi mungkin bapak kurang yakin dengan jawaban saya sehingga bapak bertanya “Apakah kamu membaca”, dan sudah pasti jawabanya saya sudah membaca, bahkan bukan hanya membaca tetapi saya juga mendalaminya, karena saya kira saya akan presentasi pada hari ini.
Cerpen Indian Camp ini bercerita tentang  dokter yang datang ke suatu pulau yang bernama “indian” bersama anaknya yang bernama Nick, dan juga dokter ini datang bersama paman Nick. Mereka datang dengan tujuan menolong orang Wanita Indian yang sedang sakit parah menurut para warga Indian. Penyakit tersebut adalah proses kelahiran yang sedikit tidak normal. Wanita Indian ini melahirkan dengan kaki bayi terlebih dahulu yang keluar sedangkan biasanya kelahiran normal adalah kepala terlebih dahulu.
Kelompok saya tertarik dengan kejiwaan suami wanita Indian ini. Suaminya ini mengalami depresi berlebih karena melihat istrinya yang dia anggap sudah tidak dapat tertolong lagi. Suaminya ini melakukan bunuh diri dengan menggoreskan silet dari ujung kuping kiri hingga ujung kuping kanan, dan dihari sebelumnya suami wanita Indian ini sudah memotong kakinya. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi kelompok kami bahwa kejiwaan dari suami wanita Indian ini tidaklah normal.
Dihari ini juga kelompok saya mendapat keritikan dari Pak Nurholis bahwa makalah kami tidaklah berpokus pada apapun, terlalu banyak yang kita bahas dari makalah kami, sehinnga kami harus merevisi makalah kami.
Kamis, 21 Februari 2013
Hari ini adalah pertemuan yang ke-3 dari mata kuliah Prosa I, namun pada pertemuan ini Pak Nurholis tidak dapat menyaksikan presentasi kelompok saya dikarenakan Pak Nurholis datang terlambat dan hanya dapat menyaksikan kelompok ke-2 yang membahas cerpen Bundle of Letter.
Kelompok ini mempresentasikanya dengan sangat jelas sehingga saya yang kurang mengerti tentang cerpen ini mendapatkan pencerahan dan sudah bias mengerti lebih lagi. Bundle of Letter ini bercerita tentang orang Amerika yang datang ke berbagai Negara Eropa seperti Jerman, Perancis, Inggris untuk membandingkan budaya-budayanya. Cerpen ini cara menceritakanya yaitu dengan surat-surat yang dikirimi kepada ibunya, dan beberapa temanya.
Seorang perempuan bernama Miranda hope telah menuliskan empat surat untuk ibunya. Di dalam surat-suratnya itu, hampir semua orang yang bertempat tinggal dengannya ia amati. Tujuanya untuk mempelajari budaya dan perbedaanya dari tokoh lain, terutama budaya Prancis. Dalam surat pertama,  ia mengatakan bahwa dirinya terkesan pada sikat orang Prancis. Bahkan ia disambut baik dan melakukan perkenalan dengan lancar. Selain itu ia juga banyak belajar bahasa Prancis dari salah satu wanita yang dia temui di hotel.
kritik-kritik masyarakat terhadap budaya yang berada di suatu negara dan satu tempat tinggal Setiap tokoh merepresentasikan kebudayaan yang berbeda Miranda Hope menjadi tokoh utama dalam cerita ini, ia lebih mudah menerima orang lain dan tidak mudah menjudge orang-orang yang ada disekitarnya karena perbedaan budaya, sehingga ia tidak dikatakan setereotip.
Kelompok yang mempresentasikan cerpen ini juga membahas cerpen ini dengan memfokuskan kepada suatu kontek budaya yaitu  perbedaan budaya yang ada dalam cerpen tersebut. Namun kelompok yang membahas Bundle of Letter ini terhenti karena waktu yang sudah habis sehinnga kelompok dua ini akan mempresentasikanya di minggu kemudianya.

Kamis, 07 Maret 2013
            Pada pertemuan hari ini seharusnya kita membahas kelanjutan dari kelompok yang membahas Bundle of Letter, tetapi karena kelompok yang akan membahas Bundle of Letter dating terlambat jadi kita langsung ke kelompok yang akan membahas tentang cerpen yang berjudul The Most Dangerous Game.
            Pada pertemuan kali ini teman-teman saya mendapatkan film dari The Most Dangerous Game ini, tetapi saya tidak mempunyai filmnya dikarenakan saya telat mendapatkan filmnya. Saya hanya membaca cerpenya saja.
            Saya sudah  mengerti dan sudah dengan jelas mengetahui alur dari cerita The Most Dangerous Game ini, namun kelompok yang presntasi pada hari ini bisa menjelaskan hal yang lebih detail lagi. Kelompok ini membahas tentang perubahan karakternya.
            The Most Dangerous Game ini bercerita tentang Rainsfold yang seorang pemburu terkenal dan sudah banyak menulis buku tentang berburu terdampar di suatu pulau yang dihuni oleh seorang yang berkuasa di pulau ini, namanya adalah General Zaroof. General Zaroof memiliki anak buah yang bernama Ivan. Ivan adalah seorang yang tidak bisa mendengar dan tidak dapat berbicara. Cerpen ini diberi judul The Most Dangerous Game karena General Zaroof mempunyai sebuah permainan, yaitu permainan berburu. Tetapi ini berbeda dengan berburu seperti biasanya.
            Permainan ini dilakukan dengan berburu manusia yang dilakukan oleh General Zaroof kepada Rainsfold. apabila Rainsfold berhasil menyelamatkan diri dalam tiga hari Rainsfold yang akan menjadi pemenangnya dan dapat keluar dari pulau ini, tetapi apabila Rainsfold gagal bertahan dalam tiga hari maka dia sudah mati terbunuh.
            Pada akhir dari cerita ini adalah Rainsfold dapat bertahan selama tiga hari dan dating kembali kerumah General Zaroof dan membunuh Zaroof dengan sebuah pistol. Cerita pun berakhir tanpa ada penjelasan apa yang terjadi setelah Rainsfol membunuh General Zaroof.
            Perubahan karakter yang kelompok tiga jelaskan salahsatunya adalah perubahan karakter dari Rainsfold yang asalnya baik menjadi seorang pembunuh atau mungkin dapat diartikan sebagai pembelaan diri, karena dalam posisi seperti apa yang Rainsfold alami adalah jika tidak membunuh maka akan terbunuh.
Kamis, 14 Maret 2013
            Pada hari ini Pak Nurholis tidak dapat hadir karena ada urusan mendapingi mahasiswa semester enam yang sedang PPL ke Yogyakarta.
Kamis, 21 Maret 2013
            Pada pertemuan hari ini dua kelompok yang akan presentasi. Kelompok pertama pada hari ini membahas cerpen karya Ernest Hemingway yang berjudul Hills like white Elephant.
            Cerpen yang berjudul Hills like white Elephant ini bercerita tentang sepasang kekasih yang sudah melakukan hubungan seksual diluar nikah yang mungkin di dunia barat hal ini sudah terbiasa. Di cerpen ini diceritakan si pria adalah seorang yang berasal dari Amerika dan si gadis bernama Jig yang tidak dikisahkan  darimana asalnya. Disini meraka sedang duduk di sebuah cafe di stasiun keretea api dan sedang menunggu menunggu kedatangan kereta dari barcelona menuju ke Madrid. Diperbincangan mereka, mereka masih mendiskusikan tentang aborsi yang disarankan si pria, tetapi si wanita masih sangat ragu untuk melakukan hal itu.
Gaya menulis Hemingway selalu membiarkan pembaca mempunyai khayalan sendiri tentang isi cerita dan selalu menggantung ceritanya, contohnya saja Hamingway tidak menjelaskan apakah aborsi ini terjadi atau tidak.
            Kelompok yang mempresentasikan ini memfokuskan pada simbol yang ada pada cerpen Hills like white Elephant ini. Hills like white elephant bila kata bendanya dibagi dua menjadi kata Hills dan white Elephant. Kata hills bila dihubungkan dengan cerita tersebut, selain memperlihatkan keindahan alam juga bisa menandakan awal perubahan bentuk tubuh atau perut si gadis yang nampak seperti bukit itu serta merepresentasikan pemikiranya yang berbukit-bukit.
Kedua adalah kata white Elephants.white elephant atau gajah putih. di Inggris diartiakan sebagai sebuah simbol yang mempunyai arti suatu pemberian yang tidak diharapkan. Sementara di thailand kata itu merupakan sebuah pemberian Tuhan yang suci dan polos. 
Dan dilanjutkanlah ke kelompok dua yang akan mempretasikanya.
Pada pertemuan kali ini kelompok kedua yang akan presentasi hari ini akan membahas My Son the Murderer karya Bernard Malamud. My Son the Murderer bercerita tentang seorang anak bernama Harry yang mengalami “the dead hand” atau tidak ada yang bisa dia lakukan pada saat perang Amerika melawan Vietnam terjadi.
            Kelompok ini memfokuskan mengenai kehidupan social Harry dalam keluarga. Dimana terjadinya perenggangan hubungan ayah dan anak. Disini menceritakan seorang ayah yang bernama Leo menghawatirkan anaknya Harry yang semenjak lulus dari perguruan tinggi selalu berdiam diri di kamarnya.
            Kelompok ini tidak banyak menerima pertanyaan dari pemirsa, tetapi ada satu pertanyaan yang membuat kami satu kelas tertawa. Pertanyaan itu diajukanoleh teman yang duduk disebelah saya. Dia bertanya tanpa membaca materinya terlebih dahulu, sehingga ketika bertanya dia kelihatan sekali bahwa dia tidak membaca materinya terlebih dahulu.
             

1 komentar:

  1. Good job. Saya lg baca-baca tugaspak nurkholis juga,sangat bermanfaat.

    BalasHapus